Sikap Terpuji-Husnuzan
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lain, bahkan dengan malaikat sekalipun. Kemuliaan
manusia nampak ketika Allah SWT berkehendak menciptakan Adam sebagai
Khalifah-Nya di muka bumi dengan misi beribadah kepada-Nya. Kehendak Allah
tersebut berdasarkan perencanaan yang sangat matang, sehingga ketika para
malaikat mempertanyakan rencana Allah tersebut, Allah menjawabnya:
Namun
kemuliaan itu sangat erat kaitannya dengan komitmen manusia itu sendiri dengan
menjaga perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan
Allah, dengan sesama manusia, maupun dengan makhluk Allah yang lain.
Karena itu agar kemuliaan tetap terjaga, manusia harus tetap berperilaku yang
baik (terpuji) atau ber akhlaqul karimah. Sebagaimana Nabi bersabda
اكمل المؤمنين احسنهم خلقا ﴿رواه الترمذى﴾
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Akhlakul karimah atau akhlaq terpuji adalah perilaku
atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
hubungannya dengan sang khaliq (Allah SWT), dengan sesama manusia dan dengan
makhluk Allah yang lainnya. Dan diantara akhlak yang terpuji adalah :
1. Husnuzzan kepada
Allah SWT
2. Husnuzzan terhadap diri sendiri
3. Husnuzzan kepada sesama manusia
1. HUSNUZZAN KEPADA ALLAH
a. Pengertian Husnuzzan
kepada Allah
Husnuzzan artinya berprasangka baik atau biasa disebut
positive thingking Husnuzzan kepada Allah artinya berprasangka baik
kepada Allah SWT. yaitu selalu meyakini bahwa apa saja yang Allah berikan
kepada manusia baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, pasti bermanfaat
bagi menusia itu sendiri, Sebagaimana Firman-Nya
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya : “ .... Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari
siksa neraka.” (QS. Ali Imran ; 191)
Dan mengakui bahwa apa saja yang baik itu datangnya
dari Allah, sedangkan yang buruk adalah dari diri manusia itu sendiri.
Sebagaimana Firman-Nya :
Artinya : “Apa saja nikmat yang kamu
peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari
(kesalahan) dirimu sendiri ... “ (QS.An-Nisa ; 79)
Lawan dari husnuzzan adalah su’uzzan biasa disebut
dengan negative thingking artinya berprasangka buruk. Su’uzzan kepada
Allah berarti berprasangka buruk kepada Allah SWT, yaitu menganggap bahwa sumber
segala bencana atau melapataka adalah Allah, dan manusia yang bersifat seperti
ini tidak akan pernak mensyukuri nikmat Allah apapun bentuknya, sehingga tidak
akan bisa hidup qana’ah.
Husnuzzan kepada Allah SWT merupakan salah satu dari
beberap macam keyakinan. Hal tersebut menurut keadaan manusia yang mengamalkan
terbagi menjadi dua golongan, yaitu yang bersifat khusus dan yang bersifat
umum. Yang termasuk khusus adalah golongan para ulama, orang-orang yang taat
dan dekat kepada Allah SWT. Bagi orang yang khusus mengetahui betapa Allah SWT
telah melimpahkan kasih sayang-Nya kepada manusia dan dan makhluk lain
dimuka bumi ini. Mreka telah merasakan kenikmatan dari sifat rahman ddan
rahimnya Allah SWT, ia mlihat semuanya adalah anugerah dari Allah SWT juga.,
berprasangka baik (berhusnuzhan) ekpada Allah. Ia tidak berkeluh kesah terhadap
apa saja yang menimpanya, seumpama musibah merenggut harta benda dan nyawa diri
dan keluarganya. Ia menerima dengan syukur dan penuh harapan kepada Allah,
bahkan mengharap ridha Allah atas kejadian dan peristiwa tersebut.
Husnuzhan orang wam kepada Allah SWT, karena mereka
telah erasakan dan menikmati pemberian Allah bagi dirinya dan alam semesta.
Maka timbullah ras syukur dan terima kasih yang tak terhingga kapada Allah
dengan diikuti kedekatan dan ketakwaan dalam ibadah dan amal.
Berprasangka baik kepada Allah merupakan salah satu
dasar utama manusia membangun hubungan dengan Allah SWT. Karena Allah SWT
terhadap hambanya seperti yang hambanya sangkakan kepada-Nya, kalau seorang
hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah prasangka Allah kepada
orang tersebut, jika baik prasangka hamba kepada-Nya maka baik pulalah
prasangka Allah kepada orang tersebut. Sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh bukhari mempertegas hal ini,
Artinya
: Dari Abu Hurairah ra., ia berkata
: Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu
kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu
dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam
kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat
kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu
sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan
berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil“. (Hadits
ditakhrij oleh Bukhari).
Orang
yang berbaik sangka kepada Allah tentu meiliki akhlak yang baik (sifat terpuji)
karena selalu merasa dimana saja berada diawasi oleh Allah SWT.. Akhlak yang
baik merupakan modal yang lebih berharga dibanding dengan modal harta kekayaan.
Selain itu akhlak yang baik dapat meninggikan derajat dan martabat di hadapan
manusia, sekaligus menyempurnakan iman kepada Allah SWT dan mendekatkan
hubungan kita kepada-Nya.
Rasulullah
SAW dalam sebuah haditsnya mengingatkan kepada kita:
اكمل المؤمنين احسنهم خلقا ﴿رواه الترمذى﴾
Artinya: “Orang-orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)
Dengan demikian husnuzzan kepada Allah SWT dapat
tumbuh dan berkembang pada diri seseorang apabila dilandasi oleh aqidah atau
keyakinan yang kuiat. Diantara sikap yang harus diwujudkan sebagai dasar dalam
berhusnuzzhan kepada Allah adalah seperti berikut :
1). Meyakini bahwa allah itu Maha Esa ( Tauhid
)
2). Bertakwa kepada
Allah
SWT
3).Beribadah dan berdoa kepada
Allah
4). Berserah
diri kepada Allah
(tawakal)
5). Menerima dengan ihlas semua keputusan
Allah
b. Contoh-contoh perilaku husnuzzan kepada Allah SWT.
Diantara
sikap perilaku terpuji yang dilaksanakan oleh orang yang berbaik sangka kepada
Allah ialah syukur dan
sabar.
1).
Syukur
Kata syukur berasal dari bahasa Arab, yang artinya
terima kasih. Menurut istilah, syukur ialah berterima kasih kepada Allah SWT
dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia-Nya, melalui ucapan, sikap,
dan perbuatan.
Dengan kata lain syukur berarti mempergunakan nikmat
Allah menurut yang dikehendaki oleh Allah, dan dalam istilah populernya
dinamakan syukur nikmat. Sedangkan mempergunakan nikmat Allah tidak pada
tempatnya ; unpama mata untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah atau
yang haram, mulut untuk berbicara yang kotor, memperoleh rizki untuk berbuat
kemaksiatan, bukan dinamakan syukur, tetapi kufur nukmat.
Syukur seorang hamba kepada Allah adalah dengan memuji
dan menyebut serta mempergunakan nikmat itu. Kebaikan sesuai dengan maksud
Allah memberikan nikmat itu. Kebaikan seorang hamba kepada Tuhannya ialah
ketundukan dan kepatuhan terhadap perintah Tuhannya. Sedangkan kebaikan Tuhan
terhadap hamba-Nya ialah memberi nikmat itu dan memberikan taufik-Nya. Karena
itu dapat dikatakan bahwa syukur hamba yang sebenarnya ialah menuturkan dengan
lidahnya, mengakui dengn hatinya akan nikmat Tuhannya, dan mempergunakan nikmat
itu sesuai yang dikehendaki Tuhannya.
ih bagus banget sih blognya. lengkap, jelas. pokonya keren deh (y) :D
BalasHapus